Jauh-Jauh Dari POLITIK!


Melihat fenomena Indonesia yg lagi panas-panasnya beriklim politik, saya ingin sedikit berpendapat mengenai politik. Jujur, saya adalah orang yang paling enggak suka politik. Politik dalam artian yang partai-partaian gitu. Yah, walaupun Rasulullah juga berpolitik, tapi politik bukan macam zaman sekarang, yg kebanyakan sudah enggak sehat.

Kenapa enggak suka politik?? Gara-gara politik ini bapak saya jadi “terbuang”, menjadi guru di pulau terpencil, jauh dari tempat kami tinggal –Pulau Buton-.

Jadi ceritanya, waktu itu saya masih SMA. Lagi musim2 politik di kecamatan saya, Pemilihan Kepala Daerah, ramai sekali. Posko partai dimana-mana, konvoi tiap hari, bagi-bagi amplop, selebaran yg entah apa, acara dangdutan, dsb, yg semua itu demi menarik masyarakat. Tapi sama aja kalo saya perhati’in, dari tiap pemilihan 5 tahun sekali itu, enggak pernah ada perubahan. Jalan dari kecamatan ke kota tetap saja rusak parah, desa2 kecil yg susah air dan belum ada listrik, tetap saja kondisinya kayak gitu, enggak ada yg berubah. Pun fasilitas2 lain, Puskesmas, Rumah Sakit, Sekolah, masih sangat jauh dari kata standar. Maka sebenarnya tidak ada beda, antara mau ada pemilihan itu apa enggak!

Nah, sampai suatu ketika, Bapak saya juga ternyata masuk dalam dunia politik ini, bahkan menjadi Kepala Tim Sukses salah satu partai. Rumah kami menjadi salah satu posko kemenangan. Tiap hari ramai bgt orang2 yg menjadi tim sukses datang, rapat, mengadakan pertemuan. Mulai dari pagi hingga larut malam. Orang2nya mulai dari pejabat hingga orang2 yg kelihatan sekali hanya ingin mencari uang dan cari muka! Jengah sekali melihat kondisi seperti ini. 

Singkat cerita, tibalah hari perhitungan suara dan ternyata orang yang dijagokan sama tim sukses Bapak KALAH! Dan kalian tahu apa yg terjadi??? Gara-gara Bapak saya menjadi ketua Tim Sukses, dari lawan yang menang itu, akhirnya Bapak saya “dibuang” jauh bgt, mengajar, menjadi guru di pulau yg bisa dibilang pulau terpencil. Bayangkan!! Selama kurang lebih 2 tahun, aktifitas Bapak saya sesudah subuh, diluar masih gelap bgt, sudah harus berangkat ke kota, naik motor  sekitar 2 jam baru nyampe, sebab sepanjang perjalanan, jalannya rusak parah!*Mana janji2 politik??* Nyampe kota langsung ke pelabuhan, menumpang kapal fery, selama 4 jam baru lah nyampe di Pulau tempat Bapak mengajar. Tapi itu belum selesai. Nyampe di Pulau itu, Bapak harus mengendarai motornya lagi kira-kira 1 jam untuk nyampe ke sekolah tempat mengajar. Jadi total PP 14 jam. Begitu terus selama 2 tahun. Maka selama itu, pertemuan bersama Bapak menjadi suatu pertemuan emas bagiku T.T

Mana orang2 yg dulu ikut-ikutan menjadi Tim Sukses bersama Bapak?? Mana??! Tiba2 saja menghilang, pergi semua. Enggak ada yg perduli. Bagi mereka semua seperti normal. Tapi tidak untuk keluargaku, untuk Bapak, dan untuk saya! Tiba dirumah biasanya malam dan Bapak dalam kondisi capek. Kelihatan bgt gurat2 keriput bertambah di dahinya. Jujur saya gak tega melihat kehidupan Bapak seperti itu, kelihatan lelah sekali T.T
Dan saya anggap ini merupakan ujian, dan pelajaran berharga bagi Bapak, juga bagiku!
Kejadian ini bakalan tidak pernah terlupa seumur hidup. Maka sejak itu, hingga saat ini sebisa mungkin JAUH-JAUH DARI POLITIK. Terutama partai-partai’an. Cukup tau!

Komentar