Kenangan Masa Kecil

Sepertinya hampir tak ada kenangan masa kecil yang Saya ingat bersama Bapak dan Mamak, sebab kehidupan masa kecil yang begitu “liar”.
Sepertinya pun sejak mulai bisa berjalan, Saya sudah dibiarkan hidup liar di alam sana, mungkin karena kesibukan Bapak dan Mamak mengurus ketiga adik Saya, tapi Saya pikir inilah kebebasan, juga kesempatan, haha :p

Sejak kecil Saya sudah mengurus segala sesuatunya sendiri. Berangkat sekolah TK untuk pertama kalinya sendiri, entah siapa dulu yang mendaftarkan, yang jelas Saya disuruh oleh Mamak untuk berangkat ke sekolah besok pagi sendirian, sebab Mamak pun mesti ke sekolah pagi-pagi buat mengajar. Terkadang iri juga ngelihat teman2 yang ibu nya seorang ibu rumah tangga, bisa nganterin dan nungguin mereka ketika belajar di sekolah TK, tapi kalau di pikir2 lagi, kalo Mamak enggak jadi guru, mungkin saat ini Saya dan ke tiga adik Saya gak bisa sekolah tinggi sampai ke tanah jawa, who knows? Hehe… oleh karena itu apa2 yang terjadi sekarang, Saya sangat bersyukur, alhamdulillah :’)

Waktu masih kecil, dengan liar bermain di tanah lapang luas, mandi laut, mandi hujan, main sepeda, nginap di rumah kakek, begitu terus setiap hari, tanpa ada yang melarang. Hampir jarang berada di rumah. Bener2 kebebasan masa kecil, gak ada larangan, gak ada kata “jangan begini, jangan begitu” haha :D
Mungkin itu jugalah yang menyebabkan kami berlima, anak Bapak dan Mamak, jarang sakit, paling parah biasanya flu atau batuk. Mungkin juga karena makanan kami yang belum terkontaminasi, seperti air minum yang dimasak sendiri, biji kopi yang di sangrai pake pasir lalu di racik sendiri oleh Mamak menjadi bubuk kopi, makan ikan segar dari laut setiap hari, sayuran segar dari kebun, tanaman seperti jahe, daun pandan, serai, kemangi, tomat dan lombok pun tinggal ambil sendiri di belakang rumah. Kesemuanya itu menjadikan Saya sadar, kalau apa2 yang dibutuhkan manusia itu, sebenarnya sudah tersedia di alam, tinggal bagaimana kita bersyukur dan mencukupkan diri kita dengan apa2 yang telah disediakan oleh alam. Hal ini juga lah yang menjadikan Saya untuk gak terlalu silau akan materi dunia.

Saya selalu bersyukur, sejak kecil, kami berlima gak dimanjakan dengan benda2 duniawi, memakai suatu barang harus sampai benar2 rusak, barulah boleh beli baru. Pun ketika ingin membeli sesuatu yang baru, haruslah dengan bekerja keras untuk mendapatkan upah, misal membantu Bapak memberi makan ayam atau memanen jambu mete di kebun, membantu Mamak menyapu rumah, menyiram bunga, atau menjadi juara kelas. Di sekolah ku, murid2 yang menjadi juara akan mendapatkan hadiah amplop berisi uang. Jadi lah dulu itu, Saya selalu termotivasi juara 1, gak lain dan gak bukan, agar bisa mendapatkan hadiah amplop tersebut, haha… yah, walaupun, ujung2nya mesti Mamak yang selalu mengambil hadiah amplop itu, sebab ketika pembagian rapor dan pembacaan juara, orangtua yang anaknya juara harus maju untuk mengambil hadiah amplop, ckck… lalu sama Mamak, hadiah amplop itu biasanya buat dibelikan buku2 baru untuk tahun ajaran baru, sepatu baru, kaos kaki baru, juga payung supaya gak hitam kena sinar matahari, sebab gara2 seringnya mandi laut, kulit dan rambut Saya berubah menjadi coklat, haha…  Padahal sebenarnya, Saya paling suka kena sinar matahari, bau matahari, apalagi sambil sepeda’an, mandi keringat, rasanya tuh keren, haha :D
Itu ide nya Mamak beli payung supaya “gak hitam kena sinar matahari”, bukan buat dipakai saat hujan, sebab ketika hujan, Bapak dengan idenya yang cemerlang, segera mengambil pisau lalu ke belakang rumah, memotong dahan daun pisang paling lebar dan besar untuk dijadikan payung, keren! Haha :D Masih segar di ingatan, di kala hujan, Saya dan Kakak berangkat ke Sekolah Dasar, menggunakan payung daun pisang karya Bapak, berjalan sambil bertelanjang kaki, lalu ketika tiba di sekolah baru lah memakai sepatu yang kering :D

Saya selalu bahagia mengingat masa2 kecil Saya itu, dan sangat bersyukur, sebab masa kecil yang Saya lalui itu lah yang menjadikan Saya seperti sekarang ini, kuat dan mandiri. Seandainya sejak kecil Saya selalu di ekori oleh Mamak kemana-mana, mungkin Saya gak akan sekuat dan semandiri ini untuk berani meninggalkan rumah, merantau, jauh ke tanah jawa, pulang pun setahun atau dua tahun sekali. Haha :D

Maka, terimakasih buat Bapak dan Mamak. Sebab dulu Saya terlalu asik dengan dunia masa kecil Saya sendiri, hingga jarang berkomunikasi tentang cinta dan kasih sayang, hingga kadang merasa gak di perhatikan secara lisan, padahal sebenarnya, dari tindakan2 kecil kalian, seperti ketika Bapak membuatkan payung daun pisang, atau ketika Mamak membelikan payung beneran agar gak kena sinar matahari, itulah hal2 yang menunjukkan betapa perhatiannya kalian, dan betapa sejak dulu kalian telah mengajari apa itu cinta dan kasih sayang.
Terimakasih. :')


Bapak dan Mamak *Saya brasa kayak obat nyamuk, haha

Komentar