Laki-laki baligh

Pernah dulu ikutan kajian gitu di Baitul 'Ilmi, di masjid fakultas kampus, kata Ustadnya, kurang lebih gini, laki-laki itu kalo udah baligh, orangtuanya sudah gak bertanggungjawab lagi terutama dari segi finansial, adapun laki-laki yang masih disekolahin sampai kuliah dan dibiayain oleh orangtuanya, itu adalah sedekah dari orangtuanya. Beda halnya dengan perempuan, perempuan itu ditanggung oleh 4 orang laki-laki, oleh bapak, suami, anak laki-laki, dan kakeknya. *CMIIW 

Oiya, pernah juga nonton film-film jepang gitu, kalo anaknya udah lulus SMA, trus sama orangtuanya ngasih pilihan, kalo mau bekerja silahkan, kalo mau kuliah nanti dipinjemin biaya kuliah sama orangtuanya tapi dengan syarat mesti dibalikin lagi kalo si anak sudah dapat kerja dan bisa mencari nafkah sendiri.  

Lalu, intinya apa?
Sebenernya cuma pengen bilang gini sih. Laki-laki, sebisa mungkin jangan ngerepotin orangtua. Laki-laki, apalagi yang udah seperempat abad, kewajibannya seharusnya udah sama umat, bermanfaat bagi umat. Di usia seperempat abad, laki-laki mestinya sudah bisa bayar zakat sendiri, kurban idul adha sendiri, dll. Yah, paling minimal sekali, laki-laki di usia seperempat abad itu sudah tidak mendapatkan sedekah lagi dari orangtuanya, udah harus bisa mencari nafkah sendiri. Sebab laki-laki adalah pemimpin. Maka sungguh terlalu, bagi laki-laki yang sibuk sekali mengkayakan ilmu untuk dirinya sendiri, ikut kajian sana-sini misalnya, jadi panitia ini itu, memprioritaskan hal-hal yang sebenarnya masih bisa dikesampingkan dulu, satu-satu deh, beres S1 dulu misalnya, atau, dapat pekerjaan dulu, atau dapat beasiswa s2 dulu, atau nyambi nge-lab misalnya. Se-enggaknya udah lepas dari orangtua lah dari segi finansial. Mau sampai kapan disedekahin mulu sama orangtua? Tangan diatas itu lebih baik lho daripada tangan dibawah *huft!

Sebagai manusia yang mempunyai akal, ada baiknya kita selalu berpikir dengan logika, jangan pakai perasaan, apalagi laki-laki. Boleh mengkayakan ilmu, ikut tabligh akbar, jadi panitia pengajian, dll, tapi penting untuk diketahui bahwa ilmu-ilmu yang sudah kita peroleh itu mestinya sesuai sama pengamalan kita dalam kehidupan nyata.
Jadi keingetan kata temen, tentang seekor kodok dalam sumur, yang udah nyaman bgt dalam sumur, udah berasa surga bgt, dikiranya dunia ya selebar sumur itu aja, padahal kan diluar sana banyak hal yang bisa bikin kita berpikir, merenung, membuka wawasan, membuat kebaikan, menyebarkan manfaat, mengamalkan ilmu.
Korelasinya adalah, menjadi anak yang shaleh, berbakti pada orangtua, salah satunya dengan bisa hidup mandiri dan tidak lagi merepotkan orangtua, nah itu yang saya maksud ilmu sejalan dengan pengamalan. Jadi, seimbang, tawazun, antara ilmu dan pengamalan.

Udah sih, cuma itu. Yaudahlah..

Komentar