Semangat Istiqomah!

Istiqomah itu berada di tengah-tengahnya niat awal dan hasil sebagai akhirnya. Istiqomah itu sebuah proses, yang terus-terusan, kontinyu. Sama kayak sebuah perjalanan. 

Perjalanan mendaki gunung misalnya, istiqomah jalan terus, walaupun energi tinggal sisa-sisa, jalan menanjak, dingin, angin, debu, atau hujan, tapi tetap dipaksa langkah demi langkah hingga ke puncak. Tapi ternyata, puncak bukanlah tujuan akhirnya. Tujuan akhirnya adalah bisa pulang kembali ke rumah :D *oke, kayaknya ini gak nyambung :v

Sebagai muslimah, istiqomah ini kalo dirinci kayaknya banyak bgt. Istiqomah berhijab syar'i, istiqomah tidak menggunjing, istiqomah hanya memakan makanan yang halal dan thayyib, istiqomah sabar menghadapi orangtua, dll. Ini belum kalo berumah tangga, istiqomah taat pada suami, istiqomah tidak mudah marah-marah pada anak-anak, istiqomah menjadi teladan dan contoh yang baik buat anak-anak kelak, dll. 

Kenapa tiba-tiba nulis istiqomah ini ya? hehe..
Sebab, nemu beberapa hal yang sudah kita istiqomah-in sejak masih single, tapi mungkin harus berakhir saat sudah berumah tangga. Ini bener-bener bikin sedih bgt sih T.T 
Saya sendiri ngerasain, punya temen sejak beliau masih gadis, nikah, hamil, dan punya baby, selalu aktif di liqo, dan malah lebih semangat ketimbang saya yang selalu sok banyak acara ini :( Beberapa kali masih datang sama baby nya yang sudah umur 2 tahun itu, tapi kemudian sudah gak pernah datang lagi, alasannya karena suami gak bolehin pergi jauh-jauh, padahal jarak antara rumah ke tempat liqo dekat bgt cuma 10-15 menit nyampe (sudah dengan macetnya -kalo macet-).

Maka, momen pencarian cinta sejati itu bener-bener gak boleh sembarangan (bagi yang belum punya pasangan halal, larinya jadi kesini-sini yak, hehe). Bukannya milih-milih, tapi hal-hal yang berhubungan dengan prinsip rasanya layak untuk tidak ditolerir. Jangan sampai hal-hal yang sudah kita istiqomahin, sudah di usahakan sejak masih single, kemudian harus putus saat berumah tangga, pastinya sedih dan kecewa berat (kalo saya), padahal tujuan kita berumah tangga salah satunya agar bagaimana surganya Allah itu bisa menjadi lebih dekat, bagaimana pasangan dan anak-anak itu hidupnya berorientasi surga, berorientasi selalu dekat sama Allah. 

Sama kayak hobi jalan-jalan. Saya gak bisa ngebayangin punya pasangan yang gak bisa diajak jalan-jalan, yang berorientasi kerja dan dunia saja. Yang pengen senang saja, selalu nyaman saja. Sebab menurutku, hidup terlalu nyaman juga gak baik sih. Dengan jalan-jalan jadi bikin kita berlatih untuk bertafakur, melatih fisik, berinteraksi dengan warga lokal, terutama jalan-jalan ke alam, atau ke tempat-tempat yang terpencil gitu. Setiap kali jalan-jalan, selalu terpesona sama beberapa orang yang ditemuin, misal kayak ke Bromo, serombongan sama beberapa ibu yang kira-kira umurnya sudah 50 tahunan (saat itu saya reflek bilang ke ibunya, "buk, tolong doain saya semoga kelak kalo udah jadi ibu-ibu, masih bisa dan kuat jalan-jalan kayak ibuk" 😁 secara ke Bromo itu gak gampang lho ya untuk seukuran ibu-ibu, hihi), beberapa ketemu sama anak umur 2 atau 3 tahun jalankaki ditemani orangtuanya waktu nanjak di puncak Sikunir Dieng, dll. Ketemu sama orang-orang ini mendatangkan harapan, semoga kelak bisa kayak mereka, punya pasangan yang senang jalan-jalan (backpacker atau flashpacker) dan cinta alam, punya anak-anak yang juga senang bepergian melihat dunia (jika umur panjang, aamiinn ya Allah), hehe...

P.S : Tulisan yang muncul gegara ngeliat orang-orang yang sudah hijrah bahkan hijrah total kemudian balik lagi kayak dulu. Ngeliat temen sendiri yang udah gak liqo lagi gegara gak dapat ijin dari suami T.T Yang akhirnya merembet ke persoalan pencarian pasangan halal. Tapi yang lebih bikin deg-deg'an lagi, smoga hal-hal baik yang sudah di istiqomahin selama ini atau mulai hari ini, senantiasa Allah beri petunjuk dan hidayah agar terus terjaga hingga ajal menjemput. Aamiinn..


dari hati yang tak selalu cerah, kadang berkabut~

Komentar