Kompor Minyak Tanah

Di grup whatsapp, angkatan SMA, saya iseng bgt upload ini
ditambahin note, "kalo di Pasarwajo (tempat tinggal di Buton), sampe besar juga masih, gak masa kecil doangπŸ˜‚", terus grrr...semua komen-komen meng-amini πŸ˜„

Sejak merantau kuliah, saat selalu pindah kosan (empat kali pindah kosan, haha), yang selalu ditanya pertama oleh mamak adalah "ada dapurnya gak kosannya? kompor minyak tanah atau kompor gas", jawabku "kompor gas, mam", abis itu dinasehatin panjang lebar sama mamak, hati-hati kalo menyalakan kompor gas, hati-hati kalo tabung gas nya udah kecium bau kayak abis gitu, jangan coba-coba dekat-dekat sama selang kompornya, dan hati-hati lainnya, saya cuma ketawa-ketawa saja dengernya πŸ˜‚ yang finally, saya pun sampai sekarang rada serem kalo berlama-lama sendirian sama kompor gas di dapur, gak berani megang tabung gas nya misal untuk diperiksa udah abis atau belum gas nya, selalu khawatir ngeliat orang angkat-angkat tabung gas dengan santainya πŸ˜‚

Di daerah kabupaten di pulau Buton, mayoritas masih menggunakan minyak tanah, bahkan tungku dan kayu bakar. Biasanya tungku digunakan untuk memasak bahan yang berjam-jam masaknya, misal air minum (ohiya, di sana juga gak ada galon, jadi air minum dimasak sendiri dengan panci besar untuk stok selama sebulan), masak-masak saat lebaran kayak burasa, dan masak sangrai kopi, hihi.. rasa-rasanya disana serba manual yaaa πŸ˜‚ 
Walaupun kemudian di zaman yang semakin maju ini, air isi ulang mulai masuk kesana, kopi sachetan juga banyak di jual di warung-warung, tapi kata mamak, air minum nya rasanya gak enak kayak belum masak, kopinya juga kurang nikmat, hahaha... Jadi, setiap kali pulang kampung tuh, aktifitas menjerang air, kemudian di saring di ceret-ceret minum, di guci-guci tempat minum, itu tuh masih dilakukan walaupun sekarang sudah tahun 2018 yang katanya "jaman now" bgt πŸ˜‚
Di rumah masih tersimpan stok kayu bakar, sabut dan tempurung kelapa untuk bakaran ikan (bandingkan dengan dikota tinggal beli briket di supermarket, hahaπŸ˜‚).

Suatu ketika waktu ngobrol sama teman kantor, karena saya tinggal ngontrak di rumah kecil gitu sendirian dan punya dapur tapi gak ada kompornya, si temen menyarankan untuk beli kompor gas, saya langsung menolak,
"Saya belum terbiasa menggunakan kompor gas, apalagi tinggal sendirian, khawatir saya tinggal ke kantor terus tabung gas nya meledak", kataku rada worry gitu πŸ˜‚
"Lho? emang kamu belum pernah pake kompor gas? saya saja cewek bisa lho buka pasang selang tabungnya, itu kan gampang, gak meledak kog" kata temen,
"Nah! masalahnya di rumah sulawesi saya terbiasa memasak menggunakan kompor minyak tanah, sampe sekarang pun masih"
"HA? SERIUS? JAMAN SEKARANG EMANG MASIH ADA YANG JUAL MINYAK TANAH? SAYA KIRA MINYAK TANAH UDAH GAK ADA LHO DI DUNIA INI. TERUS APA TADI? KOMPOR MINYAK TANAH? EMANG MASIH ADA YA? YANG PAKE SUMBU ITU KAANN?"
"HAHAHA.. IYA" Sambil ketawa garing πŸ˜‚πŸ˜…
That's why, kalo ada temen yang bilang mau datang maen ke rumahku sulawesi tuh, selalu berkelit macam-macam, biar jangan punya keinginan ke tempatku *jahat ya πŸ˜‚ hihi.. soalnya khawatir beda antara ekspetasi sama realitanya. Memang betul disana pantainya bagus, bersih, asri, tapi pas datang ketempatku terus apa-apa serba konvensional, khawatir teman-teman yang terbiasa hidup enak dan mudah di kota, tetiba jadi ngerasa sulit dan kecewa gitu datang kesana πŸ˜‚
Sebab, setibanya disana, kita akan berada disituasi yang semuanya dijalankan secara MANUAL πŸ˜‚
Kalo terbiasa serba online dan dinamis hidup di kota, di tempatku semua berjalan secara offline dan selow πŸ˜‚

Walaupun orang-orang sudah pada punya handphone touchscreen, orang-orang masih lebih percaya untuk membeli tiket pesawat atau tiket kapal ke agen tour and travel πŸ˜‚ masih lebih percaya beli pulsa ke counter-counter πŸ˜‚ masih lebih percaya nyuci baju sendiri ketimbang di titipin ke laundry πŸ˜‚ dan hal-hal lainnya yang masih belum tergerus oleh waktu πŸ˜€

Maka, ketika sudah berada diperantauan kayak gini, hal-hal sederhana seperti itu yang selalu bikin kangen sih, hahaha πŸ˜‚ Setiap kali telponan sama mamak, persis kayak lihatin video Kirana, yang lucu dan polos bgt, saya selalu berakhir dengan ketawa-tawa mendengar cerita mamak, sebab hal-hal yang sudah kadaluarsa mungkin di kota, yang sudah tidak saya temukan di kota, tapi masih ada di kampung dan diceritakan sama mamak dengan polos bgt, kalo orang lain (orang kota) ngedengar percakapan mamak mungkin mengkerutkan kening sambil bilang "what? itu yang dibicarakan maksudnya apa ya?", saking gak kenalnya sama hal-hal sederhana seperti itu, hahaha.. disitulah yang bikin lucu dan kocak πŸ˜‚

*ditulis sambil ketawa-tawa *eh :v

Komentar