Journey to become a mother : Bag. 5

Sabtu, 30 September 2023, hari H tindakan Insem. Kami tiba di RS sekitar jam 5.20 pagi, masih gelap. Sesampainya di RS, suami langsung ke lab untuk proses washing sperm. Sambil menunggu dan berdoa, juga berpasrah saja, entah kenapa pada hari itu merasa gugup dan happy at the same time😅 mungkin karena finally akhirnya setelah proses perjalanan berobat yang panjang sejak Februari 2023, banyak skip-skipnya, akhirnya tiba juga hari H tindakan Insem ini. 
Dan dalam hati juga sudah mempersiapkan untuk hasilnya misalnya gagal, langsung mau coba insem ke 2, karena info-info dari dokter Obgyn di Youtube, persentase keberhasilan akan meningkat jika pasca insem 1 gagal, langsung dicoba ke insem ke 2 tanpa kasih jeda gitu, dan saya sudah siap bgt untuk itu semua.

Setelah proses suami, menunggu hasilnya sekitar 1 jam, lalu saya bersama suami keruang dokter Tini. Disitu dokter menjelaskan bahwa ini tingkat keberhasilan 20% yang artinya tingkat kegagalan 80% ya, jadi lebih besar tingkat kegagalannya. Dokter menekankan sekali diangka 80% nya itu, dan saya dalam hati, "oke dok, tidak apa-apa, yang penting kami sudah berikhtiar, soal hasil biar Allah saja yang atur".

Persis jam 7.30 pagi tindakan dilakukan, karena misskomunikasi, saat masuk bersama suami diruang dokter Tini, beliau memberikan resep berupa peralatan yang akan digunakan untuk tindakan ke suami untuk di tebus ke apotek, dan saya menunggu didalam sambil mempersiapkan diri. Saya sudah di bed dokter, dan posisi dokter juga sudah siap untuk tindakan, lalu suami datang memberikan peralatan itu oleh asistennya. Sepengalaman saya bersama dokter Tini, asistennya ini barusan saya lihat, ternyata anak baru, jadi dia gak tahu kalo ternyata istri berobat ke dokter Tini itu harus selalu didampingi oleh suaminya. Si asistennya ini cuma ngambil peralatan dari paksu, pas paksu mau masuk, si asisten malah tutup pintu dong 😓 Dokter Tini juga sempat tanya ke asisten, mana tadi suaminya, cuma dijawab doang sama asistennya, lagi ada diluar dok, gitu doang, dan gak dipanggil. Padahal maksudnya dokternya itu, coba panggil itu suaminya masuk nemenin, tapi si asisten cuma diam-diam doang, hiks-hiks.. mana diriku gak bawa hp pula, tas kukasih paksu pas dia mau ke apotek untuk bayar-bayar karena dompet ada di tas ku. 

Jadilah dengan dalam hati "yasudahlah yaaa", karena dokternya juga buru-buru udah mau seminar online jam 8 pagi, itupun sambil nyiapin diriku, dokternya sambil siapin laptopnya, nyobain zoom-nya udah bisa apa belum, sambil tes bicara juga ke pesertanya apakah suaranya kedengaran, sambil bilang ijin telat sekitaran 10 menit karena lagi ada pasien, kocaklah yaa😅 tindakan pun dilakukan. Sebelumnya dari orang lab udah bawa hasil sperm suami dikateter gitu, dibacain namanya apa benar suaminya ini, dan hasilnya juga dikasihtahu.
Nah saat tindakan dilakukan, sambil di USG perut, jadi saya juga bisa sambil lihat di monitor proses kateternya masuk dan sperm nya dimasukkan. Prosesnya cepat dan gak ada rasa apa-apa sama sekali. Mungkin sekitaran 10 menit, prosesnya sudah selesai.
After tindakan, dokternya bilang untuk posisi baring aja dulu 30 menit, baru boleh keluar ruangan. Jadi saya sambil menunggu 30 menit, sambil nungguin dokternya ngisi seminar online dong😂 Jadi beliau ngasi materi ke dokter-dokter umum puskesmas se-kota Kendari yang sudah ada fasilitas mesin USG nya, tapi belum tahu fungsi dan kegunaannya apa, jadi dijelaskan lah peran dokter umum dengan mesin USG itu harus gimana, cara treatment ibu hamil itu gimana, gitu-gitu.. Dan ternyata beliau ngisi seminar sampai jam 9.30 pagi lebih, jadi kira-kira 1,5 jam-an saya didalam tuh, baring-baring gak ngapa-ngapain sambil dengerin materi dari dokternya, dan kita cuma berdua doang dong diruanga, so awkward😅 Dalam hati, ini kenapa asistennya juga gak datang-datang sih, untuk manggil saya. Nanti udah mau dekat jam 10 pagi si asisten datang, sambil mengendap-endap suruh saya untuk pindah ruangan istrahat, seperti khawatir bgt si asisten ganggu seminar ibu dokternya, yaiya juga sih soalnya dokternya ini direktur utama di RS itu, jadi mungkin si asisten agak takut-takut juga gitu😅

Pas saya keluar, saya lihat suami dikursi ruang tunggu udah tiduran, ya ampuunn.. jadi dia pun gak sadar saya udah keluar trus pindah istrahat baring keruangan sebelahnya. Lalu saya bilang ke asisten untuk tolong panggilin paksu. Trus paksu datang dan diriku cerita panjang lebar sambil ketawa-ketawa ceritakan situasi didalam tadi😄, dan kita tanya ke asisten, ini langsung pulang apa gimana, si asisten gak tau dong, ahaha.. saya bilang mau pulang aja karena kelaparan, tapi si asisten bilang jangan dulu, takut dimarahi sama dokter, hihihi.. soalnya seingatku after tindakan tadi, dokternya bilang baring dulu 30 menit baru bisa pulang dan sudah dikasih resep obat penguat juga, tapi yasudahlah ya.. kami menunggu saja, barangkali ada penyampaian lagi.

Sekitar jam 10.30 pagi dokternya nyamperin dan heran, kog masih disini😁 iya dok, kami juga bingung, mau pulang tapi ditahan sama asistennya😅 Lalu dokternya bilang, sudah bisa pulang, nanti 14 hari kemudian sudah bisa ditahu hasilnya.

Akhirnya selesailah proses inseminasi itu, dan masuk ke masa menunggu 14 hari. Kami pulang kerumah, saya naik grab mobil, suami ngikutin didepan pake motor. Sampe drivernya nanya, kog suaminya naik motor saya naik mobil😅 karena emang sengaja bgt, biar gak terlalu goncang-goncang pas naik motor, jadi kesepakatan bersama suami bgtu. 
Btw nya lagi, gak ada dokumentasi atau kenang-kenangan selama proses inseminasi, waktu itu emang sengaja bgt gak mau foto-foto, karena khawatir misal gagal dan liat foto-foto masa perjuangan jadi bikin sedih, jadi kami jalani hari-hari perjuangan dengan silent, pun proses ini cuma kami berdua yang tahu, gak kabarin keluarga, sengaja juga, biar misal gagal, biar kami berdua saja yang sedih, dan gak ngerasa beban juga dengan ekspektasi hasilnya misal ditahu sama keluarga. Jadi begitulah ceritanya.. hihihi...

Bersambung...

Komentar