Tulisan ini dibuat sebagai pengingat diri, reminder, betapa egoisnya saya dalam hal menerima pasangan hidup 😅 Juga sebagai bahan renungan, bahan pembelajaran, untuk lebih peka dalam membaca kode😅 dan bijak dalam memandang persoalan jodoh, calon pasangan hidup, juga sebagai arsip yang besok lusa ketika sudah tua nanti dan mulai pikun akan saya baca kembali sambil tertawa dulu ternyata pernah begitu😂, dan sebagai bahan cerita ke anak-anakku nanti😝
.
.
.
Menyambung cerita yang sebelumnya, pada malam itu, saya anggap sebagai pertemuan pertama diriku dengan si Mr. Right. Orang yang dulu saya anggap gak penting, yang ketika chat di messanger selalu saya jawab pendek-pendek dan seadanya😂, berubah menjadi penting karena telah berada di Cilegon. Penting disini maksudnya, karena kita sama-sama perantau, jauh dari rumah, saya anggap dia seperti saudara sekampungku yang datang dari jauh dan perlu diperlakukan dengan baik, maka saya sudah merencanakan, nanti kalo dia datang mau saya ajak ke tempat makan paling enak, saya nya berpakaian rapi dan dandan cantik, terus mutar-mutar Cilegon kenalin tempat-tempat seru di Cilegon, ekspektasi saya gitu😅
Tapi ternyata dirinya datang udah malam bgt jam sembilan-nan, mall udah tutup, tempat-tempat seru di Cilegon pun udah tutup, dan dia datang ke Cilegon dalam keadaan lapar belum makan, saya nya juga pakaian rumah seadanya, jaketan dan pake jilbab kaosan doang karna tadinya sudah bersiap untuk tidur, dia datangnya terlambat bgt malah tadinya kayaknya gak jadi datang ke Cilegon (dia ada keperluan kerja di Merak). Pada malam itu saya nemenin dia cari tempat makan disekitaran situ seadanya. Saat nemenin dia makan ini, saya juga sibuk sendiri, sibuk batuk-batuk mulu yang parah gitu, apalagi berdahak jadi mesti sering-sering meludah, juga flu yang bikin suaraku bindeng, sibuk buang ingus, sibuk minum jeruk hangat, intinya kondisiku buruk bgt saat itu😂 jadilah ngobrol juga seadanya, tapi sebenernya sih saya yang lebih cerewet banyak ngobrol soal lelahnya bekerja, lelahnya hidup jauh dari keluarga, dll. Kesini-sini saya baru tau, kata dia, di pertemuan pertama itu, dia sebenernya bingung, ini baru pertama kali ketemu tapi dia nya sudah di curhatin macam-macam, saya langsung ketawa 😂 saya jawab, maklum yaaa, namanya juga bisa ketemu sama teman satu kampung di rantau itu hal yang langka bgt, makanya dipuas-puasin deh curhat, apalagi pake logat kita sendiri kan jadi lebih kena feel nya *ngeles😂
Pada malam itu juga tanpa sadar sih, entah kenapa bisa-bisanya saya curhat ke orang yang baru pertamakali saya temui 😂 mungkin didukung dengan kondisiku yang sedang buruk juga, batuk flu, terus harus ngerawat diri sendiri, berusaha sehat sendiri, ngurus diri sendiri, jadi ngebuat saya mendadak merasa lonely dan melo gitu 😂 Sedangkan dia, sepanjang makan itu, cuma dengerin, sesekali merespon, tapi pendek-pendek, saya yang lebih banyak ngomong 😂 Pertemuan malam itu singkat saja, selesai makan, istrahat bentar, terus dia balik lagi ke Merak.
Oiya, belakangan juga saya baru tahu, kata si Mr. Right ini waktu dia yang masih ngeliat saya dari jauh😅 terus tahu saya kerjanya di pelabuhan, dia berharap barangkali dengan pekerjaan dia yang juga berhubungan dengan pelabuhan, laut dan kapal, jadi bisa lebih akrab berteman dengan saya lewat chat, setidaknya ada topik, karena kata dia, sewaktu sesekali chat itu, dia susah cari topik apa yang kira-kira bisa nyambung untuk di obrolin, masa-masa berjuang katanya, berjuang cari topik 😂
Pun ketika di masa kerjanya yang harus pindah-pindah daerah, saat dia tahu saya kerja di cilegon, dia berharap seandainya tetiba bisa ke Cilegon ya, bisa jadi alasan untuk ketemuan, eh ternyata dia beneran ke Cilegon dong, di Merak sih lebih tepatnya, terus dibele-bela'in ijin ke bosnya untuk maen ke Cilegon, makanya datang ke Cilegon pun udah malam bgt dan singkat bgt langsung balik lagi ke Merak, saya dengerin ini dan baru tahu terus amazing gitu, skenario Allah yaa.. kekuatan doa dan harapannya dia bener-bener di kabulkan sama Allah, hihihi 😁
Beberapa minggu kemudian, kita ketemuan lagi, pertemuan kedua. Malam itu alhamdulillah bgt dia datang saat mall masih buka, jam delapan-nan, jadi saya masih sempat berpakaian rapi dan sedikit dandan, kondisi juga sudah sehat😜 Ketemuan lah kami di mall dan makan disitu. Dan lagi-lagi, sepanjang ngobrol, saya mulu yang mendominasi, lebih banyak curhat soal kerjaan, keluarga, 😂sesekali doang ngomongin kerjaan dia dan kabar teman-teman sekolah. Sampai pada saat obrolan tentang pasangan hidup, saya dengan pedenya tanpa mikirin perasaan dia gimana dan tanpa mau tahu dia sebenernya tertarik sama saya apa enggak, saya ceritain lah pengennya tuh tipe laki-lakinya yang begini-begitu, kerjaannya begini begitu, domisilinya begini begitu, nanti berkeluarganya begini begitu, yang intinya jauh bgt dari dia, di saat itu memang saya sengaja bgt, secara tersirat tanpa mau dia ngomong lebih banyak, saya hanya ingin menegaskan bahwa sebaiknya kita cukup berteman saja (setelah dipikir-pikir saya jahat bgt ya ini, mestinya kan dengerin dulu tujuan dia gimana, rencananya gimana, gitu kan😅, tapi ini langsung saya block, pasang tembok disekelilingku biar dia gak bisa masuk walaupun saya juga gak tahu dia mau masuk apa enggak, yang penting udah di block duluan deh😅).
Selesai makan, dia minta ditemenin cari tempat potong rambut, terus mutar-mutarlah kita tapi gak ketemu yang buka, karena udah malam dan dianya masih belum mau balik ke Merak, saya nya jadi bingung mau bawa dia kemana yak karena gak enak mau ngusir suruh dia pulang, mana sayanya udah ngantuk bgt, capek banyak kerjaan di kantor😅 Akhirnya saya ajakin lah ke rumah kontrakanku, mumpung lagi ada kakakku. Oiya, si kakakku ini kenal juga sama si Mr. Right ini karena teman main bola, pertimbangannya itu ku ajakin ke kontrakanku. Jadi pas sampai di kontrakan, dia kutinggalin di teras, ku kabarin kakakku ada dia di teras, terus kakakku ke teras ngobrol sepanjang malam dengannya, sedangkan diriku masuk kamar terus tidur 😂 Belakangan saya baru tahu, kata dia, pada saat ngobrol dengan kakakku itu, dia bingung juga kira-kira topiknya apa yak, jadilah ngobrolin bola, dan rencana-rencana kuliah kakakku, kata dia, pada saat itu kakakku yang lebih banyak ngobrol, sama kayak diriku yang cerewet bgt 😂😅
Beberapa bulan kemudian, saat saya sudah pergi dari Cilegon, dia chat menanyakan apakah saya masih di Cilegon, saya ceritainlah sudah resign, sudah gak tinggal lagi di Cilegon, terus dia kaget 😅 sejak itu kita sudah tidak pernah chat lagi.
Sampai suatu ketika, di bulan Oktober kemaren, saya ada perlu ke ATM BNI. Fyi, disini ATM itu cuma ada satu, jadilah no choice mau kemana ya, kecuali turun ke kota lagi 48 km untuk nemuin ATM😅
Kenapa tetiba ngomongin ATM? karena secara tidak sengaja, kami ketemu di ATM, sampainya pun barengan, dia sama temannya motoran, saya juga motoran sama ponakan ku. Pas ketemu itu, surprise bgt sih rasanya, bisa ketemu lagi, gak nyangka😂 Masuk ke ATM pun antrinya barengan, disitulah secara singkat saling bertanya kabar, kog bisa ada dikampung, ngapain aja, gitu-gitu deh.. tapi singkat bgt, mungkin cuma 10 menit doang, terus dia diajakin temennya buruan pergi. Saya anggap ini pertemuan ketiga walaupun singkat bgt, ibaratnya kayak cuma numpang lewat 😂
Lalu beberapa minggu kemudian, saya ada perlu ke ATM lagi, dan begitu lagi, kita secara tidak sengaja ketemu lagi disitu, dan saya anggap ini pertemuan keempat😂 Inipun singkat bgt, karena kata dia, dia buru-buru mau ke pasar beli sepatu bola, mau ada pertandingan bola gitu, dia jadi pemain intinya gitu deh.
Belakangan saya baru tahu, kata dia, sejak pertemuan duakali gak sengaja di ATM itu, dia kembali berharap barangkali ini pertanda baik, bisa berteman dengan saya, tapi setiap kali dia mau chat, bingung topiknya apa, saya dengerin ini cuma bisa ketawa😂
Nah, selanjutnya di pertemuan kelima yang bikin saya amazing bgt, takjub sama skenarionya Allah 😭 bener-bener terharu dan tersentuh sama jalan cerita yang sudah disiapkan sama Allah😭
.
.
.
Kayak gimana sih cerita pertemuan kelima-nya?
nanti lagi baru disambung yaaakk... soalnya ini kayaknya sudah kepanjangan bgt, hihihi...
Komentar
Posting Komentar